Photobucket

Tuesday, September 15, 2009

As-syahid Obaida Al-Qudsi

In the Name of Allah, Most Gracious, Most Merciful..

Obaidah Alqudsi, a Palestinain artist, known among his friends for his beautiful vo
ice and lovely character. 2 days ago, Obaidah passed away in an Israeli hospital, after being held as an injured prisoner. On 26th August, Obaidah was heading to the Abraham Mosque in the Old City of Hebron. While walking to the mosque, Israeli soldiers shot him 4 explosive bullets; two in the abdomen and two in his legs.

Palestinian men gather over the body of Obaida al-Qudsi at a mosque during his funeral in the West Bank city of Hebron.

Obaidah, the peaceful soul was murdered in the street with cold blood. Ambulance vehicles were banned from attending to his bleeding body for 30 minutes. Seeing him bleeding didn’t satisfy their evil lust for blood, hence, they beat his body mecilessly. After a while, he was arrested and sent to an Israeli hospital in occupied Jerusalem. Ever since Obaidah was under their custody, he was in a comma. Obaidah spent about 3 weeks in the Israeli hospital; and his family was not allowed to visit him till the last day of his life!

On the morning of the 13th of September, Obaidah’s soul departed to its creator seeking his ultimate justice. Hasbunallahu wa ne’mal wakeel.

The mother of Obaida al-Qudsi, second from left, mourns over his body ahead of his funeral

Obaidah will always be remembered among his family and friends for his sweet voice and lovely smile. His poetry and Nasheed will always be celebrated by Palestinians, Muslims and all free people of the world as true words of wisdom and honor.

Relatives of Obaida al-Qudsi mourn during his funeral


Synopsis about the martyr:

Obaidah Maher Abdul Mu’ti Alqudsi Dwaik.

Born in 1984 in Hebron city-Palestine for a respected family, his father is a well known ustaz and businessman.

Obaidah started his education as early as 5 years in the kindergarten of the Islamic Youth Society. He later joined the Al-Shar’iyah School of the Islamic Charitable Organization. He completed his school education in 2002 with an excellent score of 84 %.

He later joined the International Islamic University Malaysia (IIUM) where he earned a bachelor degree in Communications and Journalism.

During his presence at the International Islamic University Malaysia, Obaidah was one of the active students in cocurricular activities and was always a forerunner in working for any Ummatic issue. Obaidah was elected into the main board of Al-Aqsa friends’ Society in 2003 to serve for one year as one of its most active members. And from the year 2004 till 2007 he led the famous Al-Aqsa Nasheed Group in IIUM.

In 2008 he returned to his hometown in Palestine to live with his family and run his father’s business. He got engaged few months later and arranged for his wedding to be held right after eid alfitri. Unfortunately, the crinminal Zionist soldiers didn’t let his family celebrate this eid happily nor let Obaidah’s fiancée enjoy her future with him!

Allahummaghfir lahu warhamhu wa 'aafihi wa'fu anhu..

===========================

Innalillahi wa inna ilaihi roji'un..

Tak sangka Allah pernah mengirim seorang Syuhada' untuk berada begitu hampir dengan kita. Seandainya saja kita tahu.. pasti berpusu-pusu orang datang menemui beliau, ingin bersahabat, minta didoakan dan sebagainya kerana beliau adalah ahli syurga.. Namun tiada siapa yang dapat meneka setiap takdir dan ketentuan Allah SWT. Allah knows better..

ياايتها النفس المطمئنة
ارجعي الى ربك راضية مرضية
فادخلي في عبادي
وادخلي جنتي


" O soul, in (complete) rest and satisfaction!
return to your Lord, well-pleasing and well-pleased!
Enter among My servants!
And enter My Paradise.."
(Al-Fajr: 27-30)


Seorang pergi, beribu lagi syuhada' akan lahir..
ALLAHU AKBAR!!


Wednesday, September 9, 2009

Imanan wahtisaban..

Bismillahirrahmaniiraheem..

Saat ini, hati benar-benar terketuk. Seolah-olah baru tersedar dari lamunan yang sangat panjang. Saatku merenung countdown "The Night of Power" yang aku letakkan di tepi blog ini. Ia memaparkan..
" 0 days / 7 hour / 45 minutes ".

Ya Allah, adakah aku tersalah pandang? atau mungkin pengiraannya yang tidak betul?

Begitu cepat masa berlalu. Rasa seperti baru semalam Ramadhan tiba. Seperti baru semalam juga aku berdoa mengharapkan ramadhan ini adalah yang terbaik yang pernah aku lalui. Namun hari ini sudah masuk ke penghujungnya. Tinggal sepuluh hari saja lagi untuk menghabiskan sisa-sisa ramadhan yang berbaki. Untuk menebus segala kerugian yang sememangnya tidak tertanggung pada 20 hari yang lalu.

Teringat bait-bait ucapan naqibahku pada kami di awal ramadhan yang lalu.. "Letakkan matlamat baru agar kita berpuasa imanan wahtisaban. Moga Allah terima amalan kita.."

Adakah puasaku sampai ke tahap imanan wahtisaban yang dimaksudkan? Adakah puasaku benar-benar mencapai piawaian tersebut sehingga melayakkan aku untuk mendapat ampunan-Nya? atau adakah puasaku sekadar menahan lapar dan dahaga seperti kebanyakkan 'orang yang tidak mengetahui' hakikat puasa itu sendiri? Na'uzubillah..

Sepuluh hari yang terakhir ini adalah saatnya Allah mengurniakan Nikmat. Ya, betapa nikmatnya orang-orang yang telah mampu mengendalikan diri dengan baik. Selama 20 hari pertama dia telah mampu melatih dan membiasakan dirinya untuk tidak melakukan dosa-dosa yang membuat hatinya jadi keruh dan mengeras.


Maka di sepuluh hari terakhir inilah dia akan memetik kenikmatan. Kenikmatan yang sesungguhnya hanya mampu diperolehi melalui keimanan, sebagaimana firman-Nya dalam surah As-Saffat ; 148 yang bermaksud :

“Lalu mereka beriman, kerana itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.."

Maka di tahap 10 hari terakhir inilah sepatutnya kita mulai berjaya menundukkan hawa nafsu. Akal kita dapat berfungsi lebih dominan berbanding kehendak emosi. Dan lebih dari itu, kita melakukan segalanya adalah kerana Allah semata. Inilah kunci kenimatan yang dijanjikan Allah kepada hamba-hamba yang berpuasa dengan penuh keimanan dan keikhlasan.

“Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan keimanan dan keikhlasan niscaya akan diampuni dosanya yang telah lalu.” [HR Bukhari]

Maka pada sepuluh hari terakhir ini sepatutnya seseorang yang berpuasa masuk ke tahap yang paling istimewa. Di sepuluh hari terakhir ini biasanya Rasulullah saw meningkatkan ibadahnya menjadi lebih hebat. Baik dari aspek kualiti mahupun kuantiti. Inilah saat-saat terakhir yang akan menentukan berhasil atau tidaknya puasa Ramadhan kita untuk menjadi orang yang bertaqwa.

Di sepuluh hari terakhir ini juga Allah menyediakan malam yang penuh barokah. Malam yang digambarkan memiliki nilai sangat tinggi, lebih hebat dari 1000 bulan. Yang tidak ada pada bulan-bulan lain iaitu malam Al-Qadr.

Sepertimana yang kita ketahui, orang-orang yang dapat menjalani ibadah puasanya dengan baik, dia bakal menemui malam Al-Qadr. Bukan hanya pada saat puasa Ramadhan, bahkan sepanjang hidupnya menjadi orang yang bertaqwa, orang yang dijamin Allah dengan berbagai kenikmatan.

“Sesungguhnya Kami menurunkan al-Qur’an pada malam al-Qadar, tahukah engkau apakah malam al-Qadar itu? Malam al-Qadar itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Robb mereka (untuk mengatur) segala urusan. Malam itu penuh kesejahteraan sehingga terbit fajar.” (al-Qadar, 97: 1-5)

Tapi layakkah aku untuk mendapat semua nikmat-nikmat itu? sedangkan nikmat yang ada inipun masih belum habis ku syukuri bahkan seringku ingkari. Ya Allah, aku hanya mengharapkan ampunan dan redha-Mu, kerana aku sedar semua itu tak layak untuk insan sekotor dan sehina diri ini..

“Ya Allah Engkau Maha Pengampun dan Mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku..”

..Amin Ya Robbal 'Alamin..




Sunday, September 6, 2009

Jagalah Diri Kau Dan Aku..

Apakah kita pernah mengalami malas beribadah? Terasa berat untuk tilawah atau tidak merasakan kenikmatan ketika membaca Al Qur’an atau solat? Atau mungkin merasa susah untuk qiyamulail? Padahal jam loceng sudah dikunci, alarm hp juga sudah disetting. Tapi ketika berdering tetap lena dalam tidurnya. Tidak kedengaran langsung bunyi-bunyian itu dan akhirnya berhenti sendiri. Atau mungkin bangun dalam keadaan separuh sedar untuk mematikan alarm dan terus tidur semula. Padahal kebiasaannya dengan mudah kita boleh bangun. So.. Apa sudah terjadi dengan diri kita?

Atau mungkin kita pernah merasakan mulut ini seakan-akan berat ketika melantunkan ayat-ayat Al-Qur’an atau mengucapkan salam kepada saudara kita. Atau mungkin kita pernah mengalami keganjalan, bercakap tidak lancar, ‘blank’ ketika presentation, mengajar atau ketika mengisi halaqah/pengajian meskipun sebelumnya sudah mempersiapkan pelbagai materi dan bahan-bahan? Ada apa dengan kita?

Jika hal-hal seperti itu terjadi pada diri kita, maka segeralah kita evaluasi diri. Kenapa sebenarnya dengan diri kita? Kondisi seperti ini jangan dibiarkan begitu saja, lama-kelamaan akan menjadi kebiasaan. Seperti penyakit, kalau sudah ada simptom-simptomnya, perlu segera ke klinik untuk diperiksa oleh doktor dan makan ubat supaya tidak melarat dan segera sembuh. Begitu juga dengan ruhiyyah kita, kalau sudah ada simptom osteoporosis ruhiyah seperti ini maka segera kita mutaba'ah diri, bagaimana hubungan kita dengan Allah dan apa yang sudah kita lakukan?

Mungkin banyak maksiat yang kita kerjakan hingga menghalangi amalan-amalan kita. Mungkin kita tidak dapat menjaga dari hal-hal yang makruh bahkan diharamkan oleh Allah sehingga menghalangi organ tubuh kita untuk beribadah kepada-Nya. Misalnya, kita menggunakan mata untuk menonton drama-drama meskipun hanya satu atau dua jam. Kemungkinan besar pada malamnya kita akan susah untuk berqiyamulail. Mata kita akan susah untuk bangun, kalau bangun pun, solat kita pasti dengan mata yang mengantuk. Atau mungkin kita langsung tidak dapat bangun malam kerana siangnya mata kita tidak dijaga dari hal-hal yang tidak berguna bahkan mengandungi maksiat, akhirnya Allah pun tidak menjaga mata kita untuk beribadah padaNya.

Selain mata, telinga juga perlu kita jaga. Mungkin kita susah bangun malam kerana kita tidak menjaga telinga kita. Telinga kita gunakan untuk mendengarkan gosip atau muzik-muzik jahiliyah bahkan kadang-kadang sehingga terngiang-ngiang dalam memori kita kerana seharian mendengar lagu-lagu sebegitu. Akhirnya pada malamnya telinga kita tidak dapat mendengar lagi bunyi deringan jam loceng atau alarm hp bahkan suara azan, Na’udzubillah.

Selain itu mulut juga tak kalah pentingnya untuk dijaga. Kerana mulut itu adalah anggota yang banyak menjerumuskan manusia terutama wanita ke dalam neraka, Na’udzubillah. Kerana mulut bisa menjadi sarana ghibah(umpat), fitnah, caci-maki, dsb. Menyebabkan ketidaklancaran kita sewaktu persentation, mengajar atau mengisi halaqah. Ini adalah kerana mulut ini telah bermaksiat sebelumnya. Padahal jika ruhiyyah kita 'fit' maka dengan mudahnya kita dapat berbicara, malahan terkadang mengalir begitu saja apa yang kita sampaikan dan dengan mudah kita dapat memberikan contoh-contoh dan penjelasan yang sebelumnya belum pernah kita fikirkan. Tiba-tiba saja muncul di fikiran kita. Itu semua kerana ilmu dan ilham dari Allah.

Seterusnya adalah hati. Ini adalah bahagian terpenting yang perlu kita jaga. Hati ibarat pemimpin bagi organ tubuh yang lain. Hati boleh sakit, buta bahkan mati jika semakin banyak berbuat maksiat. Hati ibarat cermin, semakin banyak bermaksiat maka semakin banyak noda titik-titik hitam di cermin itu. Atau bahkan mungkin bukan lagi titik-titik hitam tapi sudah jelaga hitam yang amat sukar untuk dibersihkan. Dan cermin itu juga pastinya tidak dapat digunakan lagi kerana sudah kelam. Begitu juga dengan diri kita, semakin banyak kita berbuat maksiat dan tidak bertaubat maka semakin terbiasalah kita dengan kemaksiatan itu.

Salah satu yang menyebabkan kematian hati adalah banyak bergurau. Kita dibenarkan bergurau untuk mencairkan suasana atau menciptakan suasana ukhuwah. Tapi perlu diperhatikan adab-adabnya. Perhatikan dengan siapa dan juga pastikan ianya tidak berlebih-lebihan. Apatah lagi antara ikhwah akhawat, hati-hati!

Mari merenung kembali diri kita, evaluasi diri, jika selama ini kita belum menjaga mata, mulut, telinga, hati dan organ tubuh kita yang lain dari kemaksiatan maka segeralah kita bermuhasabah. Tidak ada kata terlambat untuk sebuah kebaikan. Seharusnya kita merasa rugi jika tidak dapat melakukan qiyamulail meskipun hanya terlepas satu malam. Merasa sayang jika tidak dapat merasakan nikmatnya beribadah. Jika masih terdetik rasa rugi dan sayang itu, maka jagalah diri kita. Insya Allah, Allah akan menjaga kita agar sentiasa dekat dengan-Nya.


Sumber : Embun tarbiyah (alih bahasa)

Friday, September 4, 2009

Ziarah Mahabbah..

In The Name of Allah, Most Gracious and Merciful

Alhamdulillah, kerinduanku dibumi UiTM Segamat terubat seketika. Syukur atas aturan dan izin dari-Nya, dapat juga kami bergerak ke segamat minggu lepas. Bertolak dari shah alam sekitar jam 4 ptg dan tiba disana hampir jam 8 malam. Alhamdulillah, sempat berjemaah di masjid as-syakirin yg sangat2 dirindui. Walaupun fizikalnya dah banyak berubah, namun kenangan disana tetap terpahat kukuh dalam ingatan.

Hari berikutnya, agenda yang telah dirancang pun dimulakan sekitar jam 8.40 pagi. Daurah dimulakan dgn ucapan alu-aluan dan pengenalan dari Akh Asrul, mantan amer k-uitmj dan sedikit tayangan ringkas yang cukup mengesankan.

Tepat jam 9.00 pagi, Ust. Suhaimi membuka tirai Slot 1 dengan tajuk 'kepentingan tarbiyyah'. Pengisian yang cukup menarik bilamana ustaz cuba menyoroti sejarah silam saat kebangkitan dan kejatuhan umat Islam sehingga kini. Dilengkapi dengan video2 tambahan agar kami lebih jelas. Membuka mata!


Sekitar jam 10.30 pagi, slot 2 pula menyusul. Sedikit kupasan tentang Apa Ertinya Saya Menganut Islam dan 10 Ciri Syakhsiah Muslim (muwasofat tarbiyyah) oleh Ust. Narawi. Ustaz juga banyak mengeluarkan analogi-analogi menarik bagi menghubungkaitkan sesuatu perkara. Serta penekanan tentang perlunya ada dalam diri setiap muslim 10 ciri-ciri berikut:
  1. Aqidah yg sejahtera
  2. Ibadah yg sohih
  3. Akhlak yg mantap
  4. Berpengetahuan
  5. Sihat tubuh badan
  6. Mampu berdikari
  7. Bermujahadah
  8. Menjaga masa
  9. Tersusun urusannya
  10. Bermanfaat kepada orang lain

Slot 2 berakhir pada jam 11.30 pagi dan disambung dengan 1 sesi tayangan ringkas bagi menjelaskan lagi objektif daurah iaitu kepentingan tarbiyah dan apa peranan kita sebagai salah satu dari batu-bata dalam proses pembangunan serta peng'izzahan semula Deen ini.

Berehat sebentar untuk qoilulah, solat zuhur dan tadarus. Kemudian diteruskan dengan slot 3 iaitu tayangan filem sang murabbi untuk memperkenalkan kepada adik-adik ini satu 'dunia baru' yang mungkin tidak mereka ketahui sebelum ini. Seterusnya sedikit ulasan penutup serta video yang berkaitan. Diakhiri dengan sesi bersalaman antara semua peserta dan mantan-mantan pimpinan.

Alhamdulillah, segalanya Allah permudahkan. Tak terlintas langsung difikiran kami untuk bimbangkan soal kehadiran walaupun yang hadir hanya sekitar 18 orang. Kami percaya itulah insan-insan yang Allah pilih yang bakal menggalas tugas mulia ini. Dan sememangnya bukan mudah untuk memastikan kehadiran yang tinggi pada program-program tarbiyyah. Teringat saat kami menganjurkan KBM IPT di kersani 2 tahun lepas. Betapa peritnya usaha untuk mencari peserta. Pelbagai medium kami gunakan. Walaupun kebanyakkannya datang on-off dan bilangannya tidaklah seramai mana, tapi Alhamdulillah, ianya berjaya melahirkan insan-insan yang berkualiti yang telahpun menggantikan tempat kami sekarang.

Itulah hikmah besar disebalik kesusahan yang ditanggung sebelum ini. Ziarah kami ke segamat kali ini benar-benar bermakna. Kami dapat lihat cahaya Islam yang akan menyinar disana. Dan sentiasa diharapkan agar kita semua tidak pernah terlepas dari tapisan Allah untuk terus berada dijalan yang Haq. InsyaAllah, Ameen..


Belajarlah untuk ikhlas dan redha walaupun adakalanya sukar.



Yang sentiasa bersama kalian,

~ kMia ~